Akhirnya PraBunsay selesai juga. Dan kelas Bunda Sayang telah dimulai. Zona pertama yang harus dilewati adalah Zona Komunikasi Produktif. Di jurnal ini, aku akan menuliskan tantangan berkomunikasi produktif bersama suami selama 15 hari. Setiap harinya, aku akan menerapkan minimal satu poin dari materi Komunikasi Produktif bersama Pasangan.
Day 1, 3 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Hari ini aku berusaha Being Direct ke suami. Memakai kalimat langsung pada kondisi yang seringnya aku sungkan buat minta tolong.
The Conversation
Abi lagi makan mie instan dan aku sedang menyuapi Maryam. Maryam tertarik dengan menu di piring Abi. Aku pengennya Abi sharing mie instan beliau ke Maryam.
Umma: Bi, kayanya Maryam mau juga tuh (Being Not Direct)
Abi: (diem aja sambil lanjut makan)
Umma: (baru inget buat pakai kalimat langsung) Bi, tolong suapin Maryam mie juga ya (Being Direct)
Abi: (akhirnya nengok liat Umma) Jangan dulu ya?
Umma: Okey (sambil senyum guys)
Abi: (senyum juga)
Overview
Ada dua poin dari temuan hari ini. Pertama, Being Direct masih kerasa kaku banget wkwk. Inget buat praktikin tetapi ketika masuk kondisi real kelupaan walaupun alhamdulillah bisa langsung koreksi saat itu juga. Namanya juga baru pertama dibiasain. Kedua, berhasil belajar nggak ngegas saat ada penolakan dari suami. Aslinya kesel akutuh Abi nggak mau share mie-nya. Biasanya aku menerima penolakan suami dengan mutung walaupun tahu ada alasan logis di balik itu. Nah yang sekarang udah inget buat tetep chill dan anggun saat suami menolak. InsyaAllah nanti suami akan menolong tanpa kita minta kok ketika beliau rasa memang kita butuh bantuan.
Men are much more willing to say yes if they have the freedom to say no
John Gray (Author of Men Are From Mars, Women Are from Venus)
My Star
Overall, I give 3 out of 5 stars for today’s attempt. Udah berhasil mencoba tapi semoga next-nya bisa lebih konsisten Being Direct bahkan di situasi semenyebalkan apapun itu.
Day 2, 4 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Awalnya kita lagi ngebahas sub chapter How You May Unknowingly Turning Off Your Partner di bukunya John Gray yang Men are From Mars, Women are From Venus itu. Ternyata secara nggak sengaja aku dan Abi malah melakukan klarifikasi terhadap respons yang kami inginkan saat menerima kritik.
The Conversation
Situasi: Kita sedang membuka list of common communication mistakes di sub chapter yang tadi.
Mistakes Women Commonly Make
She corrects his behavior and tells him what to do, as if he were a child.
Why He Doesn’t Feel Loved
He feels unloved because he does not feel admired.
Umma: Emang Abi ngerasa nggak dikagumi kalau Umma gini?
Abi: Ah, nggak ah biasa aja
Umma: (ambil contoh yang sering kejadian) Kalau Umma lagi benerin bacaan Quran Abi kan mirip kaya ngajarin anak kecil. Kesel ga bi digituin? (klarifikasi respons)
Abi: Oiyaaa. Nah dalam hati aku tuh yang ‘iya ya aku tahu kok harusnya gitu bacanya’. Jadi ya aku nggak komen apa-apa.
Umma: Jadi intinya Abi tetep ada perasaan nggak nyaman ya waktu umma berusaha kritik Abi? (klarifikasi respons)
Abi: Iyaa tapi Abi bikin santai aja. Coba gantian sekarang mistakes yang cowok.
Mistakes Men Make
After listening he says nothing or just walks away.
Why She Doesn’t Feel Loved
She feels insecure because she doesn’t get the reassurance she needs.
Abi: Nah Abi tuh suka bingung kalau Umma tiba-tiba moodnya berubah aja. Bilang iya nggak kesel tapi kedengerannya kesel banget. Apalagi kalau Abi lagi kritik Umma, Umma nggak bisa selow kaya Abi kan? (klarifikasi respons)
Umma: Iyaa bener. Karena sama kaya yang Abi bilang, ‘aku tahu kok harusnya gitu’. Jadi aku men-deliver perasaan nggak nyaman dikritik tadi dengan bad mood.
Abi pengennya Umma selow ya? Umma senyum aja bilang okey gitu yaa? (klarifikasi respons)
Abi: Iyaaa. Kan enak gitu, selow ajaa.
Umma: Umma juga pengennya Abi kasih respon gitu kalau Umma kritik. Senyum sambil bilang okey juga. Jangan dieeeem sambil lalu aja.
Abi: Iya juga ya (kepala menegak excited gitu si Abi hehe) Oke deh kita coba ya, bilang okey sambil senyum.
Umma: Sip bismilaah.
Overview
Klarifikasi respons bisa diambil dengan mengambil contoh real komunikasi yang sering terjadi. Ketika respon yang diingikan sudah terklarifikasi, jadinya suami dan istri sama-sama siap buat menghadapi satu sama lain.
Okey okey jadinya Day 2 ini malah ke diskusiin Komunikasi Produktif daripada praktikiinya. Pardoon. Tapi lumayan banget kan buat menyamakan mindset dulu. Jadi PR selanjutnya adalah praktikin memberikan respons chill adem santai bilang okey pakai senyum saat pasangan memberikan kritik.
My Star
I give 3 out of 5 karenaa belum dipraktikin tapi puas udah bisa ngobrol hati ke hati sama suami tentang komunikasi produktif ini. Alhamdulillah bifadhilaah.
Day 3, 5 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Mencoba Being Direct di kondisi hectic. Saat itu, aku baru aja ganti clodi Maryam setelah poop. Defaultnya, poop di clodi kotor kan harus segera aku buang dan bersihkan sebelum masuk diaper pail. Tapi, Maryam lagi nggak mau pisah dan pengennya nempel sama Umma. Cek kamar sebelah, Abi lagi main hp.
The Conversation
Umma: Bi, Umma bersihin clodi dulu ya? (Being Not Direct)
Abi: (langsung nyimpen hp di bawah bantal) Oke oke oke, sini Maryam sama Abi dulu
Umma: (buru-buru koreksi karena tadi nggak pakai kalimat langsung) Sori, Bi. Maksud Umma, tolong jagain Maryam ya?
Abi: (nyengir lebar) Iyaaa udah sanaa
Umma: (ikut nyengir)
Overview
Wow, jadi suamiku selama ini sudah terbiasa dengan istrinya yang Being Not Direct. Responnya juga langsung kasih support walaupun Umma nggak bilang spesifik minta tolong jagain Maryam.
Abiii, betapa Umma sering kufur nikmat selama ini dengan kebaikan Abi. Maafkan Umma Bii. Umma janji akan lebih manut dan sayang sama Abi. Semoga Umma lebih mindful untuk menunaikan hak-hak Abi. Aamin allahumma aammin.
Day 4, 6 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Menggunakan logika daripada emosi. Lebih tepatnya, aku berusaha mengontrol emosi dan nggak marah ketika adu argumen sama Abi.
The Conversation
Abi: Sampah organik di perumahan kita diolah lho. Dijadikan pakal lele dan pupuk.
Umma: (sambil cuci piring) Wah bagus deh. Umma nggak jadi obsesi bikin biopori lagi.
Abi: Iya paling sampah anorganiknya yang diangkut ke TPS. Katanya TPS milah kardus buat dikasih ke pemulung.
Umma: (mulai sebel karena kita masih sering adu argumen soal milah sampah anorganik) Berarti kita bener kan ya udah milah plastik dan tetrapak? Kita juga udah tahu mau disalurin ke mana mereka.
Abi: Kardus juga buang aja kaya biasanya. Kan di TPS nanti dipilah.
Umma: Lah kan di TPS bakal kecampur-campur. Kasihan kan orang di TPS. Nggak yakin juga umma mereka bakal mau susah-susah milah lagi kalau udah nyampur nggak karuan. (udah emosi tinggi nih, nada udah naik dan cuci piringnya mulai jadi kasar)
Abi: Ummaa jangan maraah. Abi kan cuma cerita ajaa.
Umma: (maunya kesel aja, udah kepikiran buat matikan keran terus masuk kamar aja, kemudian dengan maksain banget…) Okeyy Abi (sambil senyum, catat senyum sambil nahan marah tuh sesuatu loh)
Abi: (senyum sambil usap-usap punggung Umma)
Overview
Jadi selama ini emang akunya suka cepet naik darah kalau ada yang nggak cocok sama Abi. Karena sudah berazzam untuk chill, pakai logika, dan nggak mudah marah, aku bisa lebih mudah mengingatkan hati untuk back on track. Emosian itu dari syaithan. Kalau marah, segera taawudz banyak banyak banyak. Pas berusaha senyum aku taawudz kenceng biar nggak makin terbakar emosinya.
Alhamdulillah, mari berlatih nggak emosian lagi sama Abi.
Day 5, 7 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Memperhatikan intonasi nada saat berkomunikasi dengan Abi. Aku kan cenderung emosian. Jadi goal hari ini adalah jaga nada suara tetap lembut dan nggak tinggi ketika lagi ada yang nggak srek dengan Abi.
But Then…
Kacau, parah. Emosi dah naik dan nggak pakai taawudz, langsung lupa buat lembut dan nggak pakai nada tinggi. Padahal masih pagi-pagi itu situasinya. Nyesel banget seharian minta maaf terus ke Abi.
Siangnya aku nggak sengaja nyetel kajian Ustadz Nuzul Dzikri tentang Khairunnisaa’ atau Perempuan Terbaik. Poin pertama Al Wadud dong, bersikap penuh cinta dan kasih sayang pada lisan, sikap dan penampilan. Penuh cinta pada lisan guuuys. Astaghfirullah Rabii huhuhu. Apalagi yang paling berhak buat mendapat sikap terbaik kita ya suami. Aduhh parah ketampar-tampar dan nyesel berat seharian.
Overview
Marah itu dari syaithan, hawa nafsu. Bersabar nggak marah itu, niatkan ibadah karena Allah. Penghuni surga itu nggak ada yang tukang marah. Kalau mau ikut bisa tinggal di surga, latihan dari sekarang pantesin diri buat mirip kaya ahli surga.
Wa nahannafsa anil hawaa. Fainnal jannata hiyal ma’wa. (Dan orang yang menahan diri dari dari hawa nafsunya. Maka sungguh surgalah tempat kembalinya.)
An Naaziat 40 – 41
Day 6, 8 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Suami nggak pernah pakai kode-kode. Jadi menanggapi suami yang direct jangan dibikin ribet dan baper biar nggak miss komunikasi.
The Conversation
Umma: Maryam jadi wangi kaya Ale habis pakai minyak kutus-kutus ya bi?
Abi: Iya, wanginya enak
Umma: Abi mau Umma beli minyak kutus-kutus juga? Mahal e
Abi: Buat apa?
Umma: Lah tadi bilang wanginya enak (lalu mikir, iya ya kan nggak bilang langsung minta belikan minyak)
Abi: Yaa kan emang wanginya enak
Umma: (memutuskan untuk berhenti mikir kalau Abi ada modus atau kasih kode, emang Umma suka kode-kode maksa Abi jadi cenayang)
Overview
Masih belum biasa menanggapi komentar Abi apa adanya. Tanpa judgment terlalu dini. Biar nggak jadi suudzan. Ini masih mending kondisi lagi santai. Kalau lagi serius bisa bubrah.
Day 7, 9 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Memberikan gestur penuh cinta melalui WhatsApp.
The Conversation
Hari ini, Abi masuk kantor. Rasanya kangen banget. Jadi langsung muhasabah betapa selama ini menyia-nyiakan keberadaan Abi di rumah. Aku kurang melayani dan manja-manjain Abi gitu.
Kalau hari biasa sebelum ada Covid, aku bakal adem ayem aja ngechat Abi di WhatsApp. Tapi hari ini aku mau biasakan untuk mulai selalu hangat baik offline maupun online ke Abi.
Overview
MaasyaaAllah. Langsung didoakan shalihah dan dapat berkah. Rasanya langsung berbinar-binar dan makin semangat nemenin Maryam belajar di rumah.
Day 8, 10 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Di Day 2, aku sudah ngebahas sama Abi tentang Abi yang nggak nyaman kalau dikritik pakai gaya nasehatin anak kecil. Eh hari ini malah kejadian. Huhu.
The Conversation
Situation: Kita sedang berada di dapur. Abi memotong kuku di atas wastafel. Aku membuat macaroni carbonara untuk Maryam.
Umma: Bi, jangan potong kuku di situ. Nanti mampet salurannya.
Abi: Oiya iya oke (langsung pergi)
Umma: Wastafel bukan tempat buang sampah yaa Bi (pakai gaya nasehatin anak kecil)
Abi: (diem aja)
Overview
Well well well, Abi udah sangat legowo merespon kritik pertama dengan langsung cari tempat lain untuk potong kuku. Aku nggak tahan untuk nggak lanjut ngomel. Kayanya emang kebiasaan awal itu nggak bisa puas kalau isi hati ngga dikeluarin semua. Ke depan, aku harus merasa puas ketika abi berhenti melakukan hal yang aku kritik. Titik.
Day 9, 11 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Memakai gestur penyayang ketika Abi excited dengan satu hal yang baru baginya padahal kita sudah lama tahu.
The Conversation
Abi: Umma tadi lihat ngga Maryam senyum ke anak tukang parkir?
Umma: Iyaa, maasyaAllah ya Bi
Abi: Maryam kaya ngajarin kita gitu ya Umma biar senyum ke siapa aja. Kadang kita kan kalau liat tukang parkir yaudah biasa aja.
Umma: (biasanya langsung nyerocos biar puas aja, intinya ngasih tahu abi kalau umma juga ngerti) Iya ya Bi, maasyaALlah (sambil antusias dengerin dan maintain kontak mata)
Overview
Alhamdulilaaah berhasiiil nahan hawa nafsu hari ini. Semoga bikin Abi makin ridha sama Umma. Aamiin.
Day 10, 12 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Minta tolong dengan kalimat langsung. Masih dalam tema Being Direct.
The Conversation
Umma: Bi, Umma mau makan dulu ya. Abis makan rencana Umma mau cuci piring. Titip Maryam dulu yaa sayang. (Being Direct)
Abi: Asiaaap
Umma: Tapi tapi nanti pas Umma cuci piring waktunya Maryam mandi Bi. (Being Not Direct)
Abi: Nggak papa, nanti Maryam mandi sama Abi ajaa (Legowo merespon)
Umma: Uwuuu. I love youuuu.
Overview
Suamiku pahaam sekali kode-kode istrinya. Salut pisan ihh Pak Auwalin. Berkat kelegowoan beliau, endingnya Umma yang mandikan Maryam plus cuci piring. Allah langsung bales kebaikan Abi gitu dengan melepaskan beban kerja dari Umma wkwkw. Umma juga berhasil dapet pahala dobel, alhamdulillaah.
Day 11, 13 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Mempertahankan intonasi nada manis ketika menanggapi hal yang sudah kita tahu. Karena biasanya aku tuh suka nggak santai gitu misalkan Abi share hal baru baginya tapi bukan hal baru bagiku. Kaya yang ‘hellooo gue udah tau kali’. Astaghfirullaaaaah.
The Conversation
Situation: Kita lagi nyetel Grand Opening Global Quranic Students di TV.
Abi: Loh loh kok jadi UK. Bukannya tadi dia bilang umur 4 tahun di Swedia?
Umma: (nyolot) kan tadi Umma dah bilaaaang. (inget buat jaga intonasi) Dia emang dari Jogja pindah ke Swedia, terus kuliahnya di Inggris. Gituuu cinta.
Overview
Alhamdulillaaah ingat buat jaga intonasi dong. Percakapan tadi siang berhasil nggak berubah jadi drama dan prahara.
Day 12, 14 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Latihan nggak gampang baper. Hari ini lebih ke komunikasi produktif ke diri sendiri.
The Conversation
Umma: Yaaah sotonya basi. Lupa masukin kulkas.
Abi: Mmmmmmm. (masih WFH cuy, fokuuus banget di depan laptop)
Umma: (sebel nggak dapet respons yang dipengen)
Umma: (eh tapi kan tadi minimal udah direspon ya) (yaudah deh nggak kesel lagi)
Umma: (lanjut cuci piring sambil fasilitasin Maryam yang pengen ikut cuci piring juga)
Overview
Nggak baper enak banget guys. Awalnya emang kaya perang batin gitu, lawan aja sekuat-kuatnya. Jangan sampai sebel cuma karena perkara retjeh.
Day 13, 15 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Masih dalam poin jaga gestur, intonasi nada, dan memakai logika dalam rangka nurut senurut-nurutnya sama suami.
The Conversation
Situation: Maryam baru aja bobo malem
Umma: (ambil laptop)
Abi: Ngapain? (agak histeris gitu)
Umma: Mau bikin jurnal komprod (nyengir). Boleh yaa? (intonasi nada ceria)
Abi: Nggak mauu. Sini duluu.
Umma: Laah itu Abi juga mau main hp tuuh.
Abi: Nggak nih hp nya Abi simpen. Udah laptopnya simpen. (Aku naro laptop). Hp nya juga. (Aku nggak jadi ambil hp hehe) (di sini pakai logika buat nurut dulu ke abi)
Umma: (peluk Abi) (kasih gestur penuh cintaaa)
Overview
Itu posisi jam 21.00. Dan aku juga kepengen balesin komen di artikel terbaru sekalian blogwalking. Terus juga blog ini kan abis ganti tema. Kemarin baru beres nge-customize pakai Elementor. Typography, color, photo preset, copywriting udah oke. Tapi masih ada beberapa elemen yang masih kosong, kaya call-to-action, social media, share button, dll. Jadi pengen utak atik blog juga. Laluuu Abi minta aku nggak buka laptop dulu syalalalala.
Biasanya aku bakal nego keras (((nego keras))). Tapi ini aku berusahaaaaa banget buat kalem dan nurut aja. Eh dapet izin sekarang ngerjakan jurnalnya, di pukul 23.00. Alhamdulillaaah. Lebih happy guys bawaannya karena si Abi ceria juga sambil nemenin aku laptopan. Akunya juga enteng udah berhasil nurut manut nggak pakai emosi. Yeaaay. Urusan blog? Besok lagi deh. Semesta ingin aku break dulu sehari kali biar blogging nggak jadi hubbuddunya, digenggam terlalu erat di hati.
Day 14, 16 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Menggunakan kalimat sesingkat mungkin ketika memberikan info penting. Ora mbulet lan dowo.
The Conversation
Abi: Umma, ngapain buka hp? (sambil buka laptop, WFH ceritanya)
Umma:Ini Bii. Aku dapet invitation gitu dari IIDN. Reminder buat ikutan webinar. Aku daftanya udah lamaa banget eh baru dapet notifikasi email sekarang. Terus disuruh buru-buru registrasi. Acaranya besok jumat. Kalau aku nggak isi sekarang bisa lupaa.
Abi: (hening) (lalu..) Sori Umma, Abi ngga ngerti. Apa tadi?
Umma: (nyadar kalau kepanjangan jawabnya) Umma lagi ngisi form buat ikut webinar Bi
Abi: Ooooh okee. Maaf ya tadi nyambi liat laptop jadi ngga fokus.
Umma: santaaai bebb
Overview
Jadi kalimat singkat itu pakailah saat menjawab pertanyaan. Jawab aja apa yang ditanya dengan santai tanpa asumsi macem-macem duluan.
Day 15, 17 September 2020
Poin Komunikasi Produktif
Hari terakhir, masih mendengungkan Being Direct.
The Conversation
Situation: Ngga biasanya Abi WFH sampai sore. Aku mulai gelisah karena belum masak dan kirim materi campaign ke klien. Dan Maryam udah mulai ngantuk makanya nggak mau main sendiri, maunya nempel Umma. Aku bete banget Abi nggak selesai-selesai sama laptop sedari pagi. I need his help sore ini juga, apalagi beliau puasa, kan pengen nyiapin takjilnya juga.
Umma: (pelukin Maryam yang lagi rungsing, memutuskan untuk menyusui di ruang keluarga, sambil buka hp uploadin materi campaign ke klien) (liatin jam udah jam 17.00, rencana mau masak ayam woku tapi baru berhasil kupas tiga bawang merah) (besides, aku lagi laper banget juga, berasa hilang akal) (kemudian istighfaaaaar panjaaaaang tarik nafas) Bi, Umma beli makan aja ya? (yessss Being Direct)
Abi: (masih ngetik-ngetik) Ooooh iya iya boleh boleh
Umma: (Buka Gofood, order yang Umma mau nggak pake nanya Abi lagi maunya apa) Udah otw ya Bii (dalem hati langsung lega urusan permakanan dah beres)
Overview
Azzamkan untuk selalu Being Direct bahkan di kondisi se-nggak enak apapun itu. Kuncinya ingat Allah, dzikr, sebut nama Allah biar setan yang bikin emosi jiwa dan nggak tenang terhempas. Tata hati pelan-pelan lalu say the word!
Disclosure: Pantulan Warna
MaasyaAllah laa quwwata illa billah. Selesai sudah jurnal 15 hari di zona pertama ini. Crazy maaaan. Nggak nyangka sampai di titik ini juga. Sempet tanya respon paksu tentang gimana aku akhir-akhir ini. Kata beliau aku kelihatan banget berusaha nahan emosi walaupun sering bablas meledak juga. But he loves it. Alhamduliillaaah, semoga aku semakin bisa adem terus dan ngademin Abi teruuus. Semoga ikhtiar komunikasi produktif ini Allah jadikan amal shalih dan keberkahan untuk kami sekeluarga. Rabbanaa taqabba minaa.
Hamasaaaah. Zona selanjutnya, see ya!
Ikut bahagia iiiih bacanyaa Baarakallaahu fiikum
aamiin, makasih kakak kasata 🙂